Rabu, 03 September 2008

ADAKAH PERUBAHAN BARU DI BPN R.I.

Setelah 4 tahun lamanya menempuh pendidikan khusus di STPN, kini saatnya kembali ke tempat kerja untuk mengabdikan diri ke masyarakat (insyaAllah). Tanggal 30 Agustus 2008, sebanyak 76 Pegawai di lingkungan BPN R.I. kembali ke kantor pertanahan dimana ia bertugas sebelumnya.

Mereka kembali bertugas dengan membawa angin segar buat kantor masing-masing, didirinya terdapat ide-ide cemerlang yang akan menambah baik citra BPN R.I., didirinya pula terdapat jiwa-jiwa muda sebagai pembaharu keagrariaan.

Mengapa demikian? Saya yakin Almamater STPN D.IV Pertanahan Angkatan Ke-13, Jurusan Manajemen Pertanahan dan Jurusan Perpetaan yang kini menyandang gelar Sarjana Sains Terapan Pertanahan (SST) sebagai alumni terbaik. Terbaik karena dieranya berbagai program pendidikan baru di STPN diujicobakan, kini mereka telah melaluinya dengan baik dan berhasil, serta membawa penyempurnaan untuk diterapkan di angkatan berikutnya. Dieranya pula komunikasi antar perguruan pendidikan tinggi dimulai.


Kembali saya meyakinkan buat rekan-rekan, bahwa kita akan kembali melayani masyarakat dengan semangat tinggi dan cara kerja yang praktis, profesional, dan terarah pada tujuan "TANAH UNTUK SEBESAR-BESAR KEMAKMURAN RAKYAT".

Rabu, 09 Juli 2008

Dimanakah Letak Mutu suatu Pendidikan

Usai sudah perhelatan panjang bagi mereka yang duduk di bangku SMU, SLTP, SD dan yang sederajat. Mereka mengakhiri pendidikan disana dengan ujian yang hanya dilaksanakan oleh beberapa hari. Dibandingkan dengan menimba ilmu paling tidak selama 3 (tiga) tahun lamanya, ditentukan dengan ujian yang dikatakan dengan UAN.

Banyak suka cita yang muncul, yang lulus umumnya dirayakan dengan hura-hura, mencorat-coret baju, konvoi, bahkan mengganggu fasilitas umum yang seharusnya mereka menghargai itu karena semuanya adalah milik orangtua mereka. Bagi mereka yang tidak lulus, pelariannya adalah sedih bahkan menghujat "mengapa pendidikan 3 tahun lamanya, hanya dinilai berdasarkan hasil UAN, tidak adil.....!". Mereka berkata begitu karena prestasi di sekolah tidak didapatkan.

Tengoklah mereka yang tidak berhasil melalui UAN dengan menggembirakan, mengapa mereka demikian?
  • tidak cerdaskah mereka?
  • seringkah meninggalkan pelajaran di sekolah alias bolos?
  • salah pergaulankah mereka?
  • pas-pasankah IQ mereka?
  • melanggarkah mereka?
  • ulah tenaga pengajar kah karena faktor yang tidak wajar?
Mereka tidak boleh disalahkan dengan hanya melihat profil mereka, pendidikan seseorang juga berpengaruh pada mutu pendidikan yang diemban oleh sekolah mereka. Mulai dari tahap penerimaan siswa, metode pengajaran, guru/dosen pengajar, sarana pendidikan, dll.

Misalnya dalam tahap penerimaan, bersyukurlah bagi mereka yang berhasil lulus dengan nilai baik, kepuasan terletak pada siswa itu sendiri karena pembuktian kemampuan yang dimilikinya dan kepuasaan bahkan kebanggaan dari sekolah karena memiliki siswa yang cerdas. Tetapi ada juga yang berhasil lulus dengan nilai yang tidak baik, mereka berhasil karena berbagai faktor kecurangan.

Kesimpulannya, sekolah atau lembaga pendidikan lainnya yang banyak memiliki siswa "perpanjangan studi" alias tidak lulus, tengoklah kembali sistem penerimaan calon siswa, tidak boleh ada kecurangan jika mutu sekolah ingin dicapai, tidak ada lagi faktor kekeluargaan, faktor duit, faktor anak pejabat, dan faktor lain yang akan semakin memperpuruk citra sekolah.

JIKA INGIN MEMILIKI SISWA YANG BERINTELEKTUAL TINGGI, MULAILAH PADA SISTEM PENERIMAANNYA, PENILAIAN MEREKA HANYA OLEH ORANG-ORANG YANG MEMILIKI INTELEKTUAL TINGGI.

Senin, 12 Mei 2008

Kemanakah Hak Kami, Kembalikah ke Negara atau Mereka Menghalalkannya

Siapapun pasti mengharapkan imbalan, entah itu imbalan amal kehidupan di akhirat, imbalan penghormatan, imbalan jasa, dan berbagai macam imbalan dari hasil jerih payah yang dilakukan seseorang.

Jika anda seorang buruh, maka anda mungkin pernah ikut demonstrasi bersama teman-teman anda di jalanan tiada lain untuk menuntut kehidupan yang lebih layak untuk anda. Jika anda seorang dengan status Pegawai Negeri Sipil, secara rutin anda akan mendapatkan GAJI yang akan dibayarkan tiap tanggal 1.

Kedua pekerja di atas bekerja selain untuk mengabdi untuk negara, bangsa, dan negara juga bekerja untuk menyambung kehidupannya baik untuk dirinya sendiri bahkan untuk keluarganya. Mereka harus mengerti ini, bahwa saya ini bekerja sama dengan atasan saya dan boss besar saya di kota besar nun jauh disana, "bekerja untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik".

Tapi gimana, bila kerja keras yang kita persembahkan, tiada imbalan yang didapatkan, padahal sudah jelas ada GAJI yang tiap bulannya harusnya diterima. Mereka membelenggunya dengan alasan yang tidak jelas.

Saya tau bahwa Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) sudah menbayarkan GAJI setiap PNS jauh hari sebelum tanggal 1 kepada Bendaharawan Gaji di seluruh Lembaga Negara baik Departemen maupun non Departemen (di antaranya BPN), kemudian Bendaharawan Gaji kembali melapor ke KPKN atas pembayaran GAJI setiap PNS minimal 1 minggu setelah tanggal pembayaran GAJI ke PNS.

Kemudian saya bertanya kepada KPKN, apakah Pembayaran Gaji saya yang tidak terbayarkan sudah diterima laporannya, sudah seperempat tahun di 2008 ini, HAK itu entah kemana.

Saya tetap berharap kepada Negara, kami bekerja bukan hanya berdasarkan kebijakan yang telah ada yang tertuang dalam bentuk peraturan perundangan, tetapi saya bekerja juga untuk menjunjung tinggi rasa kemanusiaan dan sosial.

Jikalau saya telah melanggar aturan kebijakan itu, lihatlah dari sisi kemanusiaan dan sosial, toh intinya "pekerjaan ini adalah pengabdian kepada masyarakat dan negara"............

Kamis, 24 April 2008

Mana Bisa Maju, Klo Orang Tua Menyusahkan Anaknya

Sangat disayangkan, bilamana era sekarang ini, orang tua belum mensejahterakan anaknya sendiri, janganlah bermimpi untuk mensejahterkan orang lain dengan mengatasnamakan "sebesar-besar kemakmuran rakyat".

Apa yang saya maksud kesejahteraan untuk anak adalah tiada lain HAK yang harus diterima, malah disimpan (bukan ditabung) dengan alasan yang tidak masuk akal. Katanya, Ibu sudah ada dijenjang tinggi di lembaga ini, tapi kok masih merenggut HAK yang seharusnya diterima oleh anak ibu, malahan ibu kurang lebih 3 tahun lagi mengakhiri tugasnya di lembaga ini. Sangat disayangkan bila akhir-akhir tugas ibu, malah berbuat zalim ke anak ibu. Benarkah sebuah pepatah "Ladang yang semakin akan kutinggalkan, akan kuusahakan dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar, sekalipun itu diperoleh dengan jalan HARAM".

Sebenarnya hanya ibu yang berbuat demikian, orang yang merasakan bagaimana anak dikandung, bagaimana menyusui anak, kok malah ibu yang menzalimi. Malah bapak sangat perhatian, hanya saja kesibukan bapak, sehingga bapak melimpahkan ke ibu akan masalah ini.

Sudah 2 bulan saya tidak dinafkahi, padahal HAK itu milik saya, apa kesalahan anakmu ini. Sebenarnya ibu yang berada nun jauh disana, anakmu ini telah membencimu, bahkan ingin membunuhmu karena kezaliman yang ibu perbuat, tapi apa daya tangan tak sampai, hanya bisa mengukirkan dengan kata-kata di atas kertas putih.

Anakmu ini sudah sangat merasakan, sulitnya hidup tanpa HAK yang seharusnya diterima, jadi tolonglah anakmu ini. Wahai orang tua kami yang lain yang berada di Kota Besar Indonesia, tegurlah orang tua kami di kejauhan sana, agar HAK itu dapat saya nikmati bersama cucumu ini dan bapak cucumu ini.